Basis
Pengetahuan
Menurut Gondran (1986)
dalam Utami (2002), basis pengetahuan merupakan representasi dari seorang
pakar, yang kemudian dapat dimasukkan kedalam bahasa pemrograman khusus untuk
kecerdasan buatan (misalnya PROLOG atau LISP) atau shell sistem pakar (misalnya
EXSYS, PC-PLUS, CRYSTAL, dsb.)
Basis pengetahuan
berisi pengetahuan-pengetahuan pakar berupa fakta-fakta, konsep, aturan,
prosedur, dan hubungan di antaranya, yang telah direpresentasikan dalam bentuk
yang dimengerti oleh sistem. Basis pengetahuan dibutuhkan untuk memahami,
memformulasikan, dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh sistem, di sini
basis pengetahuan berfungsi sebagai sumber referensi untuk mengambil suatu
tindakan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh suatu basis
pengetahuan, maka sistem tersebut akan semakin mendekati sifat “cerdas”, dengan
kata lain kemampuan sistem akan semakin mendekati kemampuan pakar.
Gambar 1. Basis
Pengetahuan sebagai salah satu komponen Sistem Pakar.
Feigenbaum (1977) menyatakan bahwa kesuksesan dari suatu sistem pakar tidaklah bergantung pada kecanggihan strategi penalaran ataupun inferensinya, namun pada jumlah informasi yang dikandungnya mengenai bagaimana simbol-simbol diinterrelasikan, yaitu jumlah pengetahuan yang dimilikinya[4]. Prinsip ini adalah prinsip pengetahuan (knowledge principle), yang merupakan perluasan dari hipotesis simbol fisik (physical symbol hypothesis) dari Newell dan Simon (1981). Hipotesis simbol fisik menganggap bahwa pengetahuan terdiri dari simbol-simbol realitas dan relasi antara simbol-simbol ini, serta bahwa inteligensi adalah manipulasi logis yang sesuai terhadap simbol-simbol dan relasinya[5].
Basis pengetahuan
menyimpan pengetahuan yang terdiri dari dua elemen dasar. Elemen dasar pertama
adalah fakta, yang dalam hal ini merupakan situasi, kondisi, dan kenyataan dari
permasalahan, serta juga teori dalam bidang yang berkaitan serta informasi dari
obyek. Yang kedua adalah spesial heuristik yang merupakan informasi mengenai
cara untuk membangkitkan fakta baru dari fakta yang sudah diketahui. Dalam
sistem berbasis-aturan (rule-based system), elemen kedua ini berupa kaidah atau
aturan (rule).
Meskipun seringnya
fakta dan aturan dalam basis pengetahuan memiliki nilai kebenaran yang tegas (crisp),
namun ada kalanya representasi seperti ini tidaklah dapat mencerminkan
pengetahuan secara baik. Dalam hal ini, ada kalanya pengetahuan yang dipakai
dibentuk dengan suatu nilai kepastian (certainty value), yang nilainya berkisar
dari nol (pasti salah) hingga satu (pasti benar). Nilai kepastian ini
menggunakan konsep yang sama dengan yang ada dalam Logika Fuzzy.
Pengembangan suatu
basis pengetahuan dimulai dari pembelajaran ontologi, atau konstruksi ontologi,
yang bertujuan menangkap pengetahuan menjadi format yang dapat digunakan dalam
sistem. Langkah selanjutnya adalah mempopulasikan basis pengetahuan, yaitu
mendapatkan instans-instans untuk mengisi basis pengetahuan. Ini merupakan
langkah yang penting, yang mana tujuannya menggunakan ontologi sebagai indeks
untuk memori organisasi.
Gambar 2.Suatu Siklus
Dasar untuk Pengembangan Basis Pengetahuan.
Rekayasa pengetahuan (knowledge
engineering) melibatkan beberapa proses, yaitu akuisisi pengetahuan (knowledge
acquisition), validasi pengetahuan (knowledge validation), representasi
pengetahuan (knowledge representation), inferensi pengetahuan (knowledge
inferencing), dan transfer pengetahuan (knowledge transferring). Dari semua
proses ini, yang merupakan pembentukan basis pengetahuan adalah akuisisi
pengetahuan dan representasi pengetahuan, beserta validasi pengetahuan yang
berfungsi untuk menjaga kualitas pengetahuan yang disimpan.
Gambar 3.Proses
Rekayasa Pengetahuan.
Akuisisi pengetahuan
merupakan proses pengumpulan informasi dari sumber-sumber yang tersedia, yang
dapat berupa kepakaran seseorang maupun kepakaran laten (yang tersimpan dalam
bentuk materi cetakan). Sementara representasi pengetahuan merupakan proses
untuk mengilustrasikan pengetahuan yang telah didapat dari proses akuisisi
pengetahuan.
Akuisisi
Pengetahuan
Dalam akuisisi
pengetahuan, perekayasa (engineer) bertindak sebagai jembatan antara pakar (expert)
dengan basis pengetahuan. Perekayasa mendapatkan pengetahuan dari pakar, dan
bersamanya menaruhnya pengetahuan tersebut dalam basis pengetahuan.
Ada beberapa cara untuk
melakukan akuisisi pengetahuan. Yang pertama adalah dengan cara manual, di mana
dalam cara ini perekayasa mendapatkan pengetahuan dari sumber, dan lalu
mengkodekannya ke dalam basis pengetahuan. Cara ini merupakan cara yang mahal
dan tidak efisien, serta juga kadangkala tidak akurat.
Cara yang kedua adalah
cara semi-otomatik. Di sini terdapat peran komputer untuk mendukung pakar, di
mana pakar diizinkan untuk membangun basis pengetahuan tanpa (atau dengan
sedikit) bantuan dari perekayasa. Komputer di sini juga berperan untuk membantu
perekayasa dalam kerjanya membangun basis pengetahuan.
Sementara yang ketiga
adalah cara otomatik. Di sini peran pakar, perekayasa, maupun pembangun basis
pengetahuan atau sistem (system builder) digabung. Contohnya adalah metode
induksi.
Gambar 4.Metode Akusisi
Pengetahuan dengan (a) manual, (b) akuisisi terkendali-pakar, dan (c) induksi.
Kesulitan dalam proses akuisisi pengetahuan adalah kesulitan pakar untuk mengkomunikasikan pengetahuan-pengetahuan dasarnya. Ini berkaitan dengan sifat pengetahuan itu sendiri (yang seperti telah dijelaskan di atas, adalah eksplisit sekaligus terbatinkan). Seperti yang dikatakan oleh Waterman (1981): “… suatu pengetahuan dasar diasumsikan dan dikombinasikan begitu cepatnya sehingga sulitlah baginya (pakar) untuk mengambarkan prosesnya”[6]. Beberapa teknik canggih telah dikembangkan untuk memfasilitasikan proses untuk mendapatkan dasar pengetahuan, seperti AQUINAS, Boose dan Bradsaw 1987; dan NEXTRA dari Neuron Data, Rappaport dan Gaines 1988.
Sebelumnya ←
Selanjutnya →
referensi:
https://birtandp.wordpress.com/tag/apa-itu-expert-system/
http://marcostanuwijaya.blogspot.co.id/2011/04/apa-yang-dimaksud-sistem-pakar-expert.html
https://naynaimah.wordpress.com/2013/12/29/contoh-sistem-pakar-dan-penerapannya/
Arhami, Muhammad. 2005. “Konsep Dasar Sistem Pakar”. Yogyakarta: ANDI.
Mcleod & Schell. 2004. “Sistem Informasi Manajemen”. Edisi kedelapan. Jakarta: PT INDEKS.
Kusamadewi, Sri. 2003. “Artifical Intelligence (Teknik dan Aplikasinya)”. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
https://birtandp.wordpress.com/tag/apa-itu-expert-system/
http://marcostanuwijaya.blogspot.co.id/2011/04/apa-yang-dimaksud-sistem-pakar-expert.html
https://naynaimah.wordpress.com/2013/12/29/contoh-sistem-pakar-dan-penerapannya/
Arhami, Muhammad. 2005. “Konsep Dasar Sistem Pakar”. Yogyakarta: ANDI.
Mcleod & Schell. 2004. “Sistem Informasi Manajemen”. Edisi kedelapan. Jakarta: PT INDEKS.
Kusamadewi, Sri. 2003. “Artifical Intelligence (Teknik dan Aplikasinya)”. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
0 komentar:
Posting Komentar